Sahabatku sekalian... hari ini saya akan kembali menuliskan satu kisah
cinta yg saya rangkum dari cerita nyata yg pernah ditayangkan di salah
satu stasiun TV swasta Indonesia. Saya yakin kisah ini pasti bisa
menjadi bekal maupun tauladan bagi kalian dalam mengarungi kehidupan
cinta di dunia ini. Inilah salah satu contoh cinta sejati, yg mana
ianya tak akan pernah mati walau apapun yg telah dan pasti akan terjadi.
Pesan
saya, jangan pernah melewatkan satu katapun dalam membaca kisah ini.
Sebab kalau itu kalian lakukan, saya yakin, kalian pasti akan membaca
ulang kisah ini dari awal.
Sore itu seperti biasa, beliau pulang dari kerja dan langsung bergegas
menuju kamar utama. Dimana seorang wanita paruh baya tengah tergolek
lemah di sana tanpa daya. Mata layunya menatap cemas ke daun pintu yg
belum terbuka sepenuhnya.
Dilihat dari usianya, beliau ini sudah
tidak bisa dikatakan muda lagi, usia yg sudah senja dan bahkan sudah
menapaki malam gulita.
Adalah Bapak Suyatno, 58 tahun, yg
kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yg sedang sakit. Usia
perkawinan mereka kurang lebih sudah menginjak tahun yg ke 32. Dan dari
perkawinan itu, mereka sudah dikaruniai empat orang putra.
Sahabatku
sekalian... dari sinilah awal cobaan itu menerpa. Beberapa hari setelah
melahirkan anak yg ke empat, tiba-tiba kedua kaki istrinya lumpuh dan
tak bisa digerakkan lagi. Awalnya dikira mungkin itu hanya sementara
dan pasti akan segera membaik setelah melewati beberapa upaya
penyembuhan. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Sebulan dua bulan,
setahun dua tahun berlalu, bukan makin membaik tapi justru semakin
parah. Menginjak tahun ketiga seluruh tubuh istrinya menjadi lemah dan
bahkan terasa seperti tidak bertulang sama sekali. Lidahnyapun sudah
ndak bisa digerakkan lagi. Setiap hari dengan penuh keikhlasan, Pak
Suyatno mengangkat, memandikan, membersihkan kotoran, mendandani,
menyuapi dan lalu membaringkan kembali istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia menggeser meja TV persis menghadap istrinya
agar istrinya ndak merasa kesepian.
Walau istrinya tak mampu bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum lemah.
Untunglah
tempat usaha Pak Suyatno ini ndak begitu jauh dari rumahnya, sehingga
siangnya dia selalu menyempatkan diri untuk pulang menyuapi istrinya
makan siang. Sore harinya ketika pulang dari kerja, dia langsung
memandikan, mengganti pakaian dan mendandani istrinya. Selepas maghrib
dia temani istrinya nonton TV sambil menceritakan apa saja yg dia alami
seharian tadi. Meski sang istri hanya bisa memandang dan tak bisa
menanggapi, namun Pak Suyatno sudah cukup senang dengan keadaan seperti
itu, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap hendak berangkat tidur.
Rutinitas
seperti ini sudah dilakukannya kurang lebih selama 25 tahunan. Dengan
penuh kesabaran Pak Suyatno merawat istrinya bahkan sambil membesarkan
ke empat buah hati mereka. Dan Alhamdulillah sekarang anak-anak mereka
sudah tumbuh dewasa, hidup berumah tangga. Tinggal si bungsu yg masih
kuliah.
Pada suatu hari yg mungkin sudah mereka rencanakan,
sambil menjenguk ibunya, ke empat anak Pak Suyatno berkumpul di rumah
orang tuanya. Karena semenjak mereka menikah, masing-masing sudah
tinggal bersama keluarganya. Si Bungsupun harus tinggal di kota lain
untuk melanjutkan kuliahnya. Dan Pak Suyatno memutuskan, Ibu mereka dia
yg akan merawatnya sendiri. Yang dia inginkan hanya satu, semua
anak-anaknya menjadi orang yg berhasil.
Ditengah perbincangan mereka, dengan kalimat yg cukup hati-hati Si Sulung berkata,
"Pak...
kami pengin banget merawat Ibu. Semenjak kami kecil, kami selalu
melihat Bapak merawat Ibu. Dan selama itu pula tak ada sedikitpun
keluhan maupun ketidak-ikhlasan yg keluar dari bibir Bapak, bahkan
Bapak tidak mengijinkan kami menjaga Ibu".
Dengan air mata berlinang anak yg kedua melanjutkan,
"sudah
yg kesekian kalinya kami mengijinkan Bapak untuk menikah lagi, kami
rasa Ibupun akan mengijinkannya. Kapan Bapak akan menikmati masa tua
Bapak kalau Bapak selalu menghabiskan waktu dengan berkorban seperti
ini? Kami sudah ndak tega melihat Bapak. Kami janji, kami akan merawat
Ibu sebaik-baiknya secara bergantian".
Sesaat Pak Suyatno
terdiam... menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan.
Jari-jarinya tak pernah berhenti mengusap, menyibakkan anak rambut yg
menempel di kening istrinya. Matanya menatap jauh ke luar jendela yg
terbuka, kemudian menunduk memandang lagi ke wajah istrinya yg
terbaring lemah di pangkuannya. Dengan penuh keyakinan dia lalu
menjawab,
dan Sahabatku sekalian... sungguh ini adalah jawaban yg sama sekali tidak pernah kita duga sebelumnya.
"Anak-anakku
semua... jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk mengejar
nafsu, mungkin Bapak sudah menikah lagi dan meninggalkan Ibumu sejak
dulu, tapi ketahuilah, dengan adanya Ibu kalian disamping Bapak, itu
sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian...."sejenak kerongkongannya tersekat lalu melanjutkan,
"kalian
yg selalu Kami rindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yg tidak
satupun dapat menghargainya dengan apapun juga. Coba kalian tanya
Ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya menjadi seperti sekarang ini ?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibumu dalam keadaannya sekarang?
Kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Allah kesehatan, dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih sakit?"Serentak
lalu meledaklah tangis keempat anak Pak Suyatno di atas tubuh layu
Ibunya. Menyaksikan itu semua, Pak Suyatnopun tak mampu lagi
menyembunyikan air matanya. Begitupun istrinya, butiran-butiran kecil
terlihat jelas menetes jatuh dari kedua sudut matanya. Dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu... entah apa yg bisa
dia katakan andaikan dia mampu berkata.
Pak Suyatnopun
membiarkan saja semua itu terjadi. Dan masih di sela-sela tangis istri
dan keempat anaknya, dia melanjutkan, berkata-kata entah ditujukan
kepada siapa. Matanya menerawang jauh melintasi masa lalu yg tak
mungkin dapat kembali.
"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi
tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran dan perhatian, itu semua
adalah sebuah kesia-siaan. Saya sendiri yg dulu memilih dia menjadi
pendamping hidup. Sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan sepenuh hati dan batinnya, bukan hanya dengan
matanya. Dan dia memberikan saya empat orang anak yg lucu-lucu...
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Saya
terima itu sebagai ujian buat saya, mampukah saya memegang komitmen
untuk mencintainya apa adanya..? Selamanya..? Sehatpun belum tentu saya
mencari penggantinya apalagi dia dalam sakit seperti ini...."Sahabatku
sekalian... demikianlah akhirnya... Pak Suyatnopun memutuskan akan
tetap merawat istrinya sampai kapanpun juga. Dia rela menghabiskan sisa
hidupnya dalam keadaan seperti itu demi untuk sang istri tercinta.
Subhanallah...
Semoga kita semua mampu mengambil satu hikmah dari kisah nyata di atas.
Satu pesan dari saya, love your couple... love your wife… love your husband… love your kids... with all of your heart and soul.
Saya
yakin kalian semua mengerti apa yg saya maksud. Cuma sekarang satu
pertanyaannya, mampukah kita mencintai suami atau istri kita tanpa
batas..???
Jawabannya ada di hati kita masing-masing.
cr::ikutikutan.com
author::kang sugeng